CRITICAL
REVIEW
Judul : Larung
Penulis : Ayu Utami
Penerbit : Jakarta, KPG ( Kepustakaan
Populer Gramedia )
Tahun terbit : KPG. 1998 (901 13 0663)
Cetakan I : November 2001
Cetakan II : Mei
2013
ISBN : 978-979-91-1
Gambar Sampul : Lukisan
kaca oleh ayu utami
Desain Sampul : Wendie Artswenda
Novel larung adalah
novel kedua karya Ayu Utami setelah novel saman. Sman dan larung merupakan
golongan novel dwilogi, keduanya mempunyai keterkaitan dalam bentuk isi yang di
paparkan. Larung adalah lanang (anak lanang), seorang pemuda tangguh yang
mempunyai masalah hidup cukup keras dan menantang. Suatu permasalahan yang
cukup menegangkan yaitu larung menginginkan neneknya meninggal. Tetapi
kenyataan tidak membuat larung senang karena nenek tidak bisa meninggal dunia
karena nenek mempunyai kisal hidup yang tidak sama seperti mausia normal pada
umumnya. Nenek terlihat sangat aneh, seperti ada pancaran ghaib dan mistis.
Seakan ada kekuatan di sekelilingnya. Tubuh nenek yang begitu ringan dan tua
itu seperti ada sinar hitam yang merasuk kedalamnya. Tubuhnya penuh dengan
susuk dan hatinya berisi jompa-jampi, bahkan pemikirannya pun penuh dengan
mantra. Namun larung tetap bersih keras ingin membunuh neneknya itu, apalagi
ibu larung mendukung akan hal yang diakukannya. Tetapi ada satu hal yang bisa
membuat nenek itu meninggal, yaitu dengan mewariskan sesuatu yang ghaib didalam
hidup nya. Segala cara dilakukan larun, seakan tanpa letih ia mencari cara
dalam misi yang ia lakukan kali ini. Suatu ketika larung menemukan beberapa
foto lama yang terlihat tua dan usang. Namyn gmbarnya masih cukup jelas dan
larung mengenal seseorang yang wajahnya terpampang dibalik foto yang ia
temukan. Beralih pada cerita saman, dan keempat sahabatnya, yaitu shakuntala
(seorang penari), cok (pengusaha), yasmin (pengacara), dan laila (seorang jurnalis).
Konflik yang dibahas masih sama seperti novel saman sebelumnya. Perselingkuhan
, politik, komunisme, dan adegan-adegan vulgar. Didalam cerita tersebut saman
sebagai buronan pada masa orde baru. Saat itu indonesia sedang dikuasai
golongan megawati.
Ø Bahasa
yang digunakan cukup jelas dan tidak berbelit meskipun banyak sekali keberadaan majas.
Diambil dari pembahasan konflik yang berasal dari kehidupan sehari-hari.
sehingga sangat mudah jika di korelasikan dengan sesuatu yang sama dan terjadi
dalam kehidupan nyata. Meskipun ada kata kiasana yang membutuhkan beberapa
penafsiran agar pembaca dapat memahami maknanya.
Ø Ada
beberapa ketidaklengkapan dalam penulisan kata, pemisahan yang salah beberapa
kalipun tidak baik dalam penyusunan senuah kalimat. Pergantian tokoh “aku” yang
cukup susah karena, sudut pandang sesekali berubah-ubah.